I. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMP
Methodist-2 Medan
Alamat
: Jl. M. H Thamrin no.96,
Medan Sumatera Utara-Indonesia
Telepon
: (061) 4565281
Fax : (061) 4567246
Email : info
@methodist2mdn.sch.id
Visi
Sekolah : Agar
para siswa-siswi dapat meninggalkan pintu gerbang sekolah Methodist-2 Medan
sebagai orang yang mencintai Tuhan, mematuhi aturan/hukum dan penuh keperdulian
yang diimani dengan nilai-nilai moral Kristen yang kuat dan dipenuhi dengan
kebanggaan dan kesetiaan terhadap sekolah.
Misi
Sekolah : Sebagai
sekolah Kristen, Methodist-2 Medan mengajarkan karakter yang kuat yang
didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus yang melingkupi ukuran akal
budi, rohani dan jasmani.
II.
URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
Hari :
31 Maret 2017
Waktu :
08.10-08.40 WIB
Lama Observasi :
30 menit
Pembagian Tugas : Seluruh anggota kelompok 10 yang
terdiri dari tujuh orang mahasiswa dari fakultas psikologi bersama-sama
melakukan pengamatan di kelas IX A SMP METHODIST 2 dengan tanya jawab kepada sebagian
siswa di dalam kelas, mengamati lingkungan fisik kelas, mengamati proses belajar
di luar kelas saat pelajaran olahraga, dan mengambil foto & video selama proses
observasi.
Narasumber : Siswa/siswi SMP Methodist 2, Bapak
O. Sembiring selaku guru mata pelajaran penjaskes dan ibu Risma selaku guru BP.
III.
BEBERAPA HAL MENGENAI OBSERVASI YANG DILAKUKAN
Kelompok :
10 (Sepuluh)
Anggota : -
Ahmad Raihan
Budiman (161301128)
-
Berliana Nadya
(161301133)
-
Debora Saragih
(161301097)
-
Dicki Rahmad Chan
(161301112)
-
Hafiza Hanim
(161301095)
-
Yuni Natasya
(161301080)
-
Siti Syafiqah
(161301083)
Suasana Observasi : Suasana observasi cukup menyenangkan dan
lancar, meskipun waktu yang diberikan oleh pihak sekolah untuk mengobservasi
kegiatan belajar mengajar sanga sempit, tetapi data yang didapatkan cukup
memuaskan. Para guru dan siswa juga sangat ramah dan koorporatif dengan para
observer.
Hasil Observasi : Pada saat kami melakukan observasi, ada 15 orang anak yang
sedang keluar ruang kelas untuk ujian mata pelajaran penjaskes.
Siswa-siswi di kelas ini merupakan gabungan siswa-siswi
yang berprestasi dari seluruh kelas VII. Hal-hal yang membuat kelas tidak kondusif
adalah Kelas IX A yang kami observasi merupakan kelas yang tergolong padat
sehingga berpotensi kacau atau tidak kondusif. Ruang kelas kami nilai terlalu
kecil untuk dihuni sebanyak 56 orang siswa dan fasilitas AC yang kurang mumpuni
membuat siswa masih merasa kepanasan dan kurang nyaman dalam belajar, padahal kelas
merupakan tempat disetting untuk banyak aktivitas mulai dari aktivitas akademik
sampai dengan aktivitas sosial (bermain, berkomunikasi dengan teman, berdebat,dll).
Gaya penataan kelas yang dipakai adalah gaya
auditorum tradisional yaitu semua
murid duduk menghadap guru, sehingga tidak membatasi kontak tatap muka antar
murid dan guru bebas bergerak.
Kelas IX A memiliki ruang kelas yang lumayan kecil untuk jumlah siswa yang cukup banyak, meja yang menyatu serta kursi panjang untuk dua orang membuat para siswa sedikit tidak leluasa, masing-masing meja memiliki laci untuk lokasi penyimpanan pensil dan beberapa buku. Kelas memiliki dua mesin pendingin (AC), intensitas cahaya yang cukup, papan tulis whiteboard, dan ketersediaan proyektor (namun sedang bermasalah). Perangkat kelas seperti ketua dan wakil kelas, sekretaris dan bendahara juga memiliki peran dalam kelangsungan proses belajar. Para murid juga mendapat kesempatan bertanya baik di kelas dan diluar kelas jika mengalami kesulitan dalam belajar. Para murid memiliki penilaian terhadap guru favorit yang ditinjau dari pemberian materi dan nilai yang baik.
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru
tidak mengabsen murid – murid yang hadir, melainkan sekertaris kelaslah yang
mengabsen siswa. Pada saat kami melakukan observasi kelas dibagi menjadi dua
kegiatan, yaitu 15 murid pergi melaksanakan kegiatan ujian di lapangan dan
manajemen kelas dalam ruangan diambil alih oleh ibu risma.
Sebagian besar murid menunjukkan antusiasmenya mendengarkan ibu risma berbicara untuk memotivasi murid agar tidak mengalami problem akademik dan emosional. Walapun ada dua orang murid ang kami lihat bermain gadget di kelas, kemudian diingatkan oleh gurunya. Guru dalam kelas kami nilai dapat menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
Stategi umum yang kami lihat dalam manajemen kelas yang dilakukan oleh bu risma adalah gaya otoritatif. Sebagaimana yang dikatakan dalam teori, guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give and take dan menunjukkan perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif menjelaskan aturan dan regulasi, serta menentukan standar dengan masukan dari murid.
Komunikasi
yang dilakukan oleh guru kepada muridnya adalah komunikasi secara verbal dan
bersikap asertif (tegas). Ceramah yang diberikan juga efektif. Murid- murid
juga berperilaku hagat, aktif dan menyenangkan. Serta tidak malu – malu ntuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Selain itu kami juga melihat kegiatan yang dilakukan di lapangan. Para murid menunjukkan antusiasme yang serupa dengan yang ada di dalam kelas.
IV.
KESIMPULAN
Kami menyimpulkan bahwa manajemen kelas yang
dilakukan oleh guru sudah cukup baik sehingga murid menjadi sangat aktif
dikelas, mandiri, menunjukkan penghargaan diri yang tinggi, dan hangat,
meskipun fasilitas dalam kelas kurang memadai.
Kelompok 10:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar